TUGAS PERENCANAAN WILAYAH
(Analisis Skalogram Kab.Magelang)
Dosen Pengampu :
1.
Dra. Ariyani Indrayati, M.Si
Disusun Oleh : Bayu Aji Santoso (3211414017)
JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
1.
DASAR TEORI
Permukiman
adalah bagian permukaan bumi yang dihuni manusia yang meliputi segala prasarana
dan sarana yang menunjang kehidupan penduduk yang menjadi satu kesatuan dengan
tempat tinggal yang bersangkutan. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan permukiman adalah faktor fisik, sosial, budaya,
ekonomi,politik dan lain sebagainya. Faktor fisik yang mempengaruhi pertumbuhan
permukiman adalah keadaan tanah, hidrologi, iklim, morfologi dan sumber daya
lain, faktor fisik mempengaruhi bentuk, kecepatan dan perluasan permukiman.
Faktor sosial adalah karakter demografinya,struktur dan organisasi sosial, dan
relasi sosial di antara penduduk yang menghuni permukimantersebut. Faktor
budaya yang mempengaruhi adalah tradisi setempat, pengetahuan IPTEK. Faktor
ekonomi adalah daya beli masyarakat, mata pencaharian, transportasi dan
komunikasi. Faktor politik adalah pemerintah dan kebijakan setempat
(Sumaatmadja dalam Taufiqurrahman, 2010).
Pada dasarnya
suatu daerah terdiri dari dua elemen, yaitu Settlement centers dan Production
areas. Settlement centers merupakan tempat yang populasinya adalah di mana
orang-orang berada. Unsurnya adalah wilayah perkotaan yang banyak aktivitas dan
infrastuktur juga sarananya. Sedangkan Production areas merupakan tempat kegiatan
ekonomi yang produksi daerahnya dikonsumsi sendiri oleh daerah tersebut.
Unsurnya adalah area pedesaan yang sebagian besar dijadikan tanah pertanian.
Analisis mengenai ruang digunakan untuk menguji kondisi yang ada, mengenai
sruktur ruangnya yang membahas hirarki tempat pusat dan pengaruh daerahnya.
Analisis
hierarki pada suatu kabupaten dapat dilakukan melalui analisis fungsi wilayah.
Analisis fungsi wilayah merupakan analisis terhadap fungsi-fungsi pelayanan
yang terdapat di wilayah yang diamati. Analisis yang dilakukan menggunakan cara
analisis fungsi pemukiman. Analisis yang dilakukan menggunakan
instrumen-instrumen fasilitas pelayanan seperti : pendidikan, kesehataan, dan
jasa. Oleh karena itu tulisan ini akan menganalisis pusat pelayanan yang ada di
Kabupaten Magelang untuk mengetahui pusat permukimannya.
Gambaran Umum Kabupaten
Magelang
Kabupaten
Magelang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang letaknya
berbatasan dengan beberapa kabupaten dan kota, antara lain Kabupaten Temanggung,
Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Purworejo, Kabupaten
Wonosobo, dan Kota Magelang serta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kabupaten Magelang terletak antara 110o 01’51” dan 110o 26’58” Bujur Timur dan antara
7o19’13” dan 7o42’16” Lintang Selatan.
Batas-batas
Wilayah:
· Sebelah
Utara : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang.
· Sebelah
Timur : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali.
· Sebelah
Selatan : Kabupaten Purworejo dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
· Sebelah
Barat : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo.
· Di
Tengah : Kota Magelang
Analisis
Skalogram Guttman
Analisis ini
untuk mengidentifikasi pertumbuhan pusat permukiman yang cepat perkembangannya,
dan kaitannya dengan pemanfaatan lahan. Untuk itu akan dilakukan analisis terhadap
hirarki pusat-pusat permukiman. Salah satu cara yang digunakan yaitu dengan
menganalisis kelengkapan sarana dan prasarana dianalisis dengan menggunakan
model skalogram Guttman, dengan cara sebagai berikut :
A. Pusat permukiman diurutkan berdasarkan tingkat kelengkapannya, makin
banyak jenis sarana dan prasarana yang dimiliki, pusat permukiman akan
ditempatkan pada posisi teratas (baris teratas), dan sebaliknya.
B. Jenis sarana dan prasarana pusat permukiman diurutkan dalam bentuk
kolom dari kiri ke kanan, kolom paling kiri ditempati jenis sarana dan
prasarana yang dipunyai oleh semua pusat permukiman yang telah diurutkan,
sedangkan kolom terkanan ditempati jenis sarana dan prasarana yang jarang
dipunyai oleh pusat permukiman.
Selain
melihat hirarki eksistingnya, kecenderungan perkembangan pusat-pusat permukiman
diperkirakan berdasarkan fungsi yang telah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten.
Pada dasarnya RTRW suatu daerah telah menentukan pola dan struktur ruang yaitu
menentukan fungsi kawasan sesuai dengan kondisi dan peruntukannya.
2.
ANALISIS SKALOGRAM DI KAB. MAGELANG
Berikut ini akan dibahas tentang analisis
pusat permukiman di Kabupaten Magelang dengan menggunakan metode analisis
skalogram. Dalam menentukan pusat permukiman tersebut digunakan perhitungan
sebagai berkut:
Range/Jangkauan = Jumlah Terbesar-Jumlah Terkecil
= 220-111
=109
Orde pusat permukiman dibuat 4 orde yaitu
I,II,III, dan IV dengan pertimbangan semua nilai masuk ke dalam kelas tersebut.
Interval kelas = range : orde
= 109: 4
= 27.25
Dari hasil
analisis hirarki jumlah fasilitas pelayanan di Kabupaten Magelang dengan
menggunakan metode skalogram dapat di ketahui bahwa kecamatan yang
menjadi pusat permukiman berada di Kecamatan Borobudur. Hal ini dapat dilihat
dari tabel hirarki bahwa Kecamatan Borobudur mempunyai skor tertinggi yang
artinya bahwa secara fasilitas Kecamatan Borobudur lebih lengkap dari pada
kecamatan lain. Mengingat bahwa Kecamatan Borobudur merupakan kawasan
pariwisata yang berada di kawasan Ibu Kota Kabupaten sehingga sangat wajar jika
bayak fasilitas pelayanannya. Akan tetapi ada beberapa kecamatan yang juga
mempunyai fasilitas cukup lengkap yaitu kecamatan Salaman dan Muntilan,
sehingga kedua kecamatan tersebut juga bisa dikatan sebagai pusat permukiman
namun secara hirarki berada pada urutan ke-1. Hal ini disebabkan kecamatan
Muntilan penghubung jalur Provinsi Jawa Tengah dengan Provinsi D.I.Y sedangkan
kecamatan Salaman merupakan kawasan industry di kabupaten Magelang kecamatan.
Selain itu pusat pemukiman yang berada pada tingkat hirarki rendah berada pada
kecamatan yang terletak dibagian utara yaitu kecamatan Ngablak yang secara
hirarki berada di urutan ke-3. Fasilitas pelayanan masih kurang lengkap karena
berada jauh dari pusat kegiatan dan berada di lereng Pegunungan (Merbabu) yang
bergerak pada sector pertanian. Hal serupa juga dapat dilihat pada kecamatan
yang terletak disebelah barat yaitu kecamatan Kaliangkrik. Dimana kondisi
geografisnya berupa pengunungan (Sindoro dan Sumbing). Kecamatan dengan hirarki
terandah yaitu kecamatan ngluwar walaupun secara geografis terletak di jalur
Jawa Tengah-D.I.Y namun kecamatan Ngluwar sarana dan prasarana jauh tertinggal
dari kecamatan lain.
3.
KESIMPULAN
Dengan
mengetahui pusat permukiman yang ada di Kabupaten Magelang maka dapat dijadikan
acuan untuk pembangunan terhadap kecamatan yang minim akan fasilitas pelayanan.
Fasilitas pelayanan merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung
perekonomian masyarakat. Semakin lengkap fasilitas pelayanan maka semakin bayak
orang yang bermukim di daerah tersebut. Untuk itu sebagai masukan untuk
Pemerintah Kabupaten Boyolali hendaknya berupaya untuk menambah fasilitas
pelayan terutama di kecamatan yang masih minim fasilitasnya. Sehingga
masyarakat yang bermukim di daerah tersebut tidak migrasi ke daerah yang
lengkap fasilitasnya. Dengan demikian orang akan tetap bermukim dan kegiatan
perekomian akan berjalan semakin pesat.
DAFTAR PUSTAKA
Magelang, B. K. (2014). Magelang dalam Angka 2014. Magelang: BPS Kabupaten
Magelang.
Sumaatmaja, N. (1988). Studi Geografi
Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni.
https://tambahrejo.wordpress.com/2012/09/10/analisis-pusat-permukiman-kabupaten-magelang-menggunakan-metode-skalogram
|
||||||||||||||
No
|
Kecamatan
|
Kantor
|
SD
|
SMP
|
SMA
|
Koperasi
|
Masjid
|
Puskesmas
|
Gereja
|
RSU
|
Perguruan
|
Jml
|
Hirarki
|
|
Desa
|
Tinggi
|
Fasilitas
|
||||||||||||
1
|
Salaman
|
20
|
35
|
11
|
2
|
14
|
130
|
2
|
4
|
0
|
0
|
218
|
I
|
|
2
|
Borobudur
|
20
|
31
|
8
|
1
|
16
|
137
|
1
|
6
|
0
|
0
|
220
|
I
|
|
3
|
Ngluwar
|
8
|
20
|
3
|
2
|
4
|
70
|
1
|
3
|
0
|
0
|
111
|
IV
|
|
4
|
Salam
|
12
|
20
|
6
|
1
|
8
|
98
|
1
|
5
|
0
|
0
|
151
|
III
|
|
5
|
Srumbung
|
17
|
29
|
6
|
1
|
11
|
120
|
1
|
7
|
0
|
0
|
192
|
II
|
|
6
|
Dukun
|
15
|
29
|
5
|
2
|
7
|
142
|
1
|
8
|
0
|
0
|
209
|
I
|
|
7
|
Muntilan
|
14
|
38
|
13
|
6
|
14
|
115
|
2
|
9
|
1
|
0
|
212
|
I
|
|
8
|
Mungkid
|
16
|
28
|
7
|
2
|
13
|
126
|
1
|
11
|
0
|
0
|
204
|
I
|
|
9
|
Sawangan
|
15
|
31
|
7
|
1
|
5
|
97
|
2
|
15
|
0
|
0
|
173
|
II
|
|
10
|
Candimulyo
|
19
|
28
|
4
|
2
|
6
|
95
|
1
|
7
|
0
|
0
|
162
|
III
|
|
11
|
Mertoyudan
|
13
|
42
|
10
|
4
|
9
|
123
|
3
|
13
|
0
|
1
|
218
|
I
|
|
12
|
Tempuran
|
15
|
24
|
6
|
0
|
8
|
110
|
1
|
4
|
0
|
0
|
168
|
II
|
|
13
|
Kajoran
|
29
|
29
|
3
|
0
|
5
|
135
|
2
|
6
|
0
|
0
|
209
|
I
|
|
14
|
Kaliangkrik
|
20
|
26
|
4
|
1
|
6
|
121
|
1
|
7
|
0
|
0
|
186
|
II
|
|
15
|
Bandongan
|
14
|
28
|
5
|
2
|
7
|
129
|
1
|
9
|
0
|
0
|
195
|
I
|
|
16
|
Windusari
|
20
|
22
|
2
|
0
|
10
|
108
|
1
|
3
|
0
|
0
|
166
|
II
|
|
17
|
Secang
|
19
|
25
|
5
|
3
|
11
|
125
|
2
|
7
|
0
|
1
|
198
|
I
|
|
18
|
Tegalrejo
|
21
|
27
|
4
|
0
|
13
|
138
|
1
|
2
|
0
|
0
|
206
|
I
|
|
19
|
Pakis
|
20
|
31
|
6
|
1
|
12
|
96
|
1
|
5
|
0
|
0
|
172
|
II
|
|
20
|
Grabag
|
28
|
38
|
5
|
4
|
19
|
114
|
2
|
6
|
0
|
0
|
216
|
I
|
|
21
|
Ngablak
|
16
|
23
|
4
|
0
|
5
|
94
|
1
|
7
|
0
|
0
|
150
|
III
|
JUMLAH
FASILITAS
|
371
|
604
|
124
|
35
|
203
|
2423
|
29
|
144
|
1
|
2
|
3936
|
ORDE I
|
>192.75-220
|
ORDE II
|
>165.5-192.75
|
ORDE III
|
>138.25-165.5
|
ORDE IV
|
>=111-138.25
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar