"Persetaaaannn!!!"
Fransiska membanting pintu kamarnya, meninggalkan keributan yang terus
berlangsung di belakangnya, ia mengunci pintu kayu yang kokoh itu hingga bunyi
dua kali klik.
"keluar
kamu Siska! Keluar! Mama belum selesai bicara! Dasar anak tidak tau
diuntung..." Makian ibunya sambil menggedor pintu luarnya terdengar jelas
namun perlahan suara makian itu tenggelam dalam alunan musik yang disetel
Fransiska dari dalam kamar, mengalunkan lagu Avenged Sevenfold ia mulai
bernyanyi dengan volume maksimal, untuk orang lain mungkin hanya akan mendengar
jeritan jeritan saja.
Fransiska
menulikan telinganya, memejamkan mata, dan berpaling dari dunia yang sedari
awal memang belum atau mungkin tidak akan pernah memihaknya. Berasal dari
keluarga yang tidak harmonis, orangtua yang lebih sering adu mulut daripada
diamnya itu membuatnya juga sering berbicara keras dan kasar. Guru pertamanya
di dunia yang tak lain adalah orangtuanya itu secara tidak langsung telah
mengajari berbagai macam tindakan dan perkataan kasar. Makian ringan hingga
sangat kasar pernah di dengarnya dan ditujukan padanya oleh ibunya sendiri,
sungguh ironis memang tapi itulah kenyataannya. Menurut persepsi orang lain
seorang ibu adalah pribadi yang halus, hangat, dan mencintai anak-anaknya. Tapi
tidak bagi Fransiska, persepsi ibu baginya adalah individu yang kasar, dingin,
sama sekali jauh dari kata hangat apalagi mencintainya. Sering ia merasa
menyesal telah lahir ke dunia, mengapa ia harus dilahirkan jika harus menahan
beban kebencian? Mengapa Tuhan tidak melindungi Fransiska kecil? Mengapa Tuhan
harus membuat Fransiska kecil melihat, mendengar dan merasakan kekasaran
orangtuanya? Tuhan tidak muncul saat
tangan dingin ibunya memukulnya, Tuhan tidak muncul untuk mencegah ayah meninggalkannya.
Lelah dengan pikirannya sendiri Fransiska memejamkan matanya hingga tertidur.
***
Jarum
menunjukkan pukul 9 ketika kedua bulu mata lentik itu bergerak berjuang untuk
membuka mata, melawan rasa kantuk yang telah kalah oleh rasa laparnya,
Fransiska sudah terjaga dan refleks memegangi perutnya yang terasa perih karna
belum makan sedari siang, sepulang kuliah ia langsung mendapatkan ibunya di
rumah dalam keadaan marah dan siap menyerangnya, Fransiska lebih memilih
langsung meluncur ke kamarnya daripada bertengkar dengan ibunya karena ia tau
jika sudah memulai debatnya, ia dan ibunua tak akan ada yang mau mengalah.
Fransiska mematikan CD Playernya yang sudah tak memainkan musiknya lagi, ia
memutuskan membasuh dirinya dulu baru akan turun untuk mengisi perutnya.
***
Benjamin
baru saja keluar dari rumahnya, ia selalu berjalan jika akan pergi ke kampus,
jarak yang tidak terlalu jauh itu mendukungnya untuk berjalan kaki karna selain
menyehatkan, ia juga bisa berhemat. Satu kali mendayung dua pulau terlampaui,
batinnya. Benjamin menangkap sosok itu, sosok gadis berambut pendek sebahu,
warna merah gelap terpantul dari rambutnya
berkat sinar matahari. wajahnya yang putih pucat tanpa polesan
make up dengan badan dan tinggi ideal layaknya gadis seusianya. Tubuhnya dibalut
dress putih selutut dengan cardigan hitam yang menutupi lengannya, sepatu boot
hitam dipadukan dengan topi berwarna coklat tua. Sangat pas di tubuhnya....
-BERSAMBUNG-
creator by Devy Kurniati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar