Senin, 18 April 2016

"Persetaaaannn!!!" Fransiska membanting pintu kamarnya, meninggalkan keributan yang terus berlangsung di belakangnya, ia mengunci pintu kayu yang kokoh itu hingga bunyi dua kali klik.
"keluar kamu Siska! Keluar! Mama belum selesai bicara! Dasar anak tidak tau diuntung..." Makian ibunya sambil menggedor pintu luarnya terdengar jelas namun perlahan suara makian itu tenggelam dalam alunan musik yang disetel Fransiska dari dalam kamar, mengalunkan lagu Avenged Sevenfold ia mulai bernyanyi dengan volume maksimal, untuk orang lain mungkin hanya akan mendengar jeritan jeritan saja.

Fransiska menulikan telinganya, memejamkan mata, dan berpaling dari dunia yang sedari awal memang belum atau mungkin tidak akan pernah memihaknya. Berasal dari keluarga yang tidak harmonis, orangtua yang lebih sering adu mulut daripada diamnya itu membuatnya juga sering berbicara keras dan kasar. Guru pertamanya di dunia yang tak lain adalah orangtuanya itu secara tidak langsung telah mengajari berbagai macam tindakan dan perkataan kasar. Makian ringan hingga sangat kasar pernah di dengarnya dan ditujukan padanya oleh ibunya sendiri, sungguh ironis memang tapi itulah kenyataannya. Menurut persepsi orang lain seorang ibu adalah pribadi yang halus, hangat, dan mencintai anak-anaknya. Tapi tidak bagi Fransiska, persepsi ibu baginya adalah individu yang kasar, dingin, sama sekali jauh dari kata hangat apalagi mencintainya. Sering ia merasa menyesal telah lahir ke dunia, mengapa ia harus dilahirkan jika harus menahan beban kebencian? Mengapa Tuhan tidak melindungi Fransiska kecil? Mengapa Tuhan harus membuat Fransiska kecil melihat, mendengar dan merasakan kekasaran orangtuanya? Tuhan tidak muncul saat tangan dingin ibunya memukulnya, Tuhan tidak muncul untuk mencegah ayah meninggalkannya. Lelah dengan pikirannya sendiri Fransiska memejamkan matanya hingga tertidur.

***

Jarum menunjukkan pukul 9 ketika kedua bulu mata lentik itu bergerak berjuang untuk membuka mata, melawan rasa kantuk yang telah kalah oleh rasa laparnya, Fransiska sudah terjaga dan refleks memegangi perutnya yang terasa perih karna belum makan sedari siang, sepulang kuliah ia langsung mendapatkan ibunya di rumah dalam keadaan marah dan siap menyerangnya, Fransiska lebih memilih langsung meluncur ke kamarnya daripada bertengkar dengan ibunya karena ia tau jika sudah memulai debatnya, ia dan ibunua tak akan ada yang mau mengalah. Fransiska mematikan CD Playernya yang sudah tak memainkan musiknya lagi, ia memutuskan membasuh dirinya dulu baru akan turun untuk mengisi perutnya.

***


Benjamin baru saja keluar dari rumahnya, ia selalu berjalan jika akan pergi ke kampus, jarak yang tidak terlalu jauh itu mendukungnya untuk berjalan kaki karna selain menyehatkan, ia juga bisa berhemat. Satu kali mendayung dua pulau terlampaui, batinnya. Benjamin menangkap sosok itu, sosok gadis berambut pendek sebahu, warna merah gelap terpantul dari rambutnya berkat sinar matahari. wajahnya yang putih pucat tanpa polesan make up dengan badan dan tinggi ideal layaknya gadis seusianya. Tubuhnya dibalut dress putih selutut dengan cardigan hitam yang menutupi lengannya, sepatu boot hitam dipadukan dengan topi berwarna coklat tua. Sangat pas di tubuhnya....


 


-BERSAMBUNG-




creator by Devy Kurniati 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar